5 Risiko Hidup Yang Dihadapi Para Wanita Zaman Now!

Risiko (Resiko) adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, dimana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian.

Seorang investor legendaris asal Amerika bernama Warrent Buffet pernah mengatakan:

"Risk comes from not knowing what you're doing." 



yang artinya "Risiko Datang Dari Ketidaktahuan Tentang Apa Yang Anda Lakukan."

Artikel kali ini sengaja saya tulis untuk membantu Anda (para wanita yang dicintai) untuk dapat menyadari dan mengetahui beberapa potensi risiko yang akan Anda hadapi di zaman sekarang.

Dengan demikian, Anda dapat mulai mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk menyikapi risiko-riskio tersebut bila suatu hari risiko-risiko tersebut benar-benar terjadi di dalam keluarga Anda.



5 Risiko Hidup Yang Dihadapi Wanita Zaman Now!


1. Wanita memiliki potensi hidup / umur yang lebih panjang

Menurut "Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2010 s/d 2017" angka harapan hidup seorang wanita di Indonesia rata-rata 73.06 tahun.

Sedangkan angka harapan hidup seorang laki-laki rata-rata hanya sampai dengan 69.16 tahun saja.

Hal ini saya sebut risiko untuk wanita karena berdasarkan data statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa wanita akan berpotensi lebih besar untuk hidup tanpa kehadiran pasangan dibandingkan seorang laki-laki yang sudah terlanjur pergi meninggalkan mereka / meninggal dunia.

Bila risiko nomor 1 ini terjadi, beban hidup seorang wanita (khususnya ibu rumah tangga) mendadak berubah menjadi sangat tinggi! Sehingga masa depan keluargapun dapat terancam hancur & berantakan bila wanita tersebut tidak merencanakan persiapan untuk menghadapi hal terburuk dari saat ini.


2. Wanita memiliki risiko terserang penyakit kritis lebih besar daripada pria

Secara global, wanita memiliki umur yang lebih panjang dibandingkan pria. Namun, dibalik itu ternyata wanita lebih rentan terkena penyakit kritis.

Penyakit kritis adalah suatu penyakit atau keadaan yang dapat menyebabkan kematian. Beberapa penyakit yang termasuk ke dalam penyakit kritis, yaitu penyakit kardiovaskular seperti jantung, kanker, Alzheimer, gagal ginjal, buta total, dan sebagainya.

Menurut data dari World Health Organization tahun 2014, penyebab kematian tertinggi untuk wanita adalah penyakit jantung (22,3%) dan kanker (21,6%). Kemudian disusul dengan penyakit paru-paru kronis, strok, Alzheimer, diabetes melitus, influenza, pneumonia, penyakit ginjal, dan sepsis.

Kejadian kanker pada wanita meningkat dari tahun ke tahun. Kanker payudara menempati posisi pertama dari penyakit kanker lainnya.

Kanker payudara memberikan beban yang berat bagi wanita. Angka survival rate dari kanker payudara di seluruh dunia bervariasi, mulai dari 40% (pada negara miskin) hingga 80% (pada negara maju).

Rendahnya survival rate kanker payudara di negara miskin dan berkembang diperkirakan karena keterlambatan dalam diagnosis dan penanganan.

Bila risiko nomor 2 ini terjadi, maka para wanita yang mengalami nasib malang ini akan menjadi beban keluarga yang sangat besar bila tidak ada perencanaan keuangan yang matang, sehingga membuat masa depan keluarga yang bahagia bisa hanya tinggal kenangan.


3. Wanita memiliki risiko memiliki suami yang terpaksa berhenti bekerja karena terkena penyakit kritis / mengalami kecelakaan yang mengakibatkan cacat tetap total

Seorang wanita harus siap beralih profesi yang awalnya hanya menjadi seorang ibu rumah tangga, tiba-tiba diharuskan menjadi seorang "Wonder Woman!" yang harus super strong!

Karena wanita yang mengalami resiko nomor 3 ini semua dituntut harus serba bisa!

Mulai dari mencari nafkah, mendidik anak, membersihkan rumah, sampai dengan merawat suami yang terbaring sakit tidak berdaya

Keadaan ini akan diperburuk dengan kondisi keuangan keluarga yang tiba-tiba berubah menjadi mengenaskan karena pencari nafkah utama berhenti bekerja, sedangkan sang wanita masih dalam keadaan tidak bekerja.


4. Wanita memiliki risiko berpisah dengan pasangan

Angka perceraian di Indonesia semakin tinggi dari tahun ke tahun sekitar 16-20% (Kasubdit Kepenghuluan Direktorat Urais dan Binsyar Kementerian Agama, 2009-2016). 

Ini artinya, apapun alasan perceraiannya (ketidakcocokan, selingkuh, alasan ekonomi, dst.), wanita harus siap secara finansial.

Tidak adanya penghasilan sendiri membuat wanita menerima dampak lebih berat dari perceraian dibandingkan pasangannya. Lebih-lebih bila wanita yang mengalami resiko nomor 4 ini tidak memiliki tabungan / investasi secara pribadi.


5. Risiko ketika berpisah dengan pasangan, besar kemungkinan wanita akan menanggung anak-anak sendirian

Hak asuh anak biasanya jatuh ke tangan wanita sebagai ibunya. 

Dengan rasa kasih sayang tentu saja wanita-pun akan lebih memilih hak asuh anak dibandingkan hal-hal lainnya.
 
Dalam UU Perkawinan tahun 1974 pasal 41 b tentang akibat putusnya perkawinan karena perceraian menyebutkan: 
“Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu; bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.”



Dalam kenyataannya, tidak semua mantan suami memenuhi kewajiban tersebut kepada mantan istri dan anak-anaknya, sehingga wanita tetap harus berusaha sendiri membiayai dan membesarkan anak-anak. 

5 Risiko di atas bisa disiasati dan bisa dihadapi dengan lebih baik bila seorang wanita yang dicintai seperti Anda mau untuk meluangkan waktu sedikit untuk mempelajari sebuah program tentang perencanaan keuangan

Segera hubungi seorang Finansial Advisor yang dapat Anda percayai untuk belajar dari mereka bagaimana cara mensiasati risiko-risiko di atas.

"Like and Share" artikel di atas dengan menekan tombol-tombol yang sudah disediakan di bawah ini.







My Instagram